Jumat, 19 Desember 2008

merajut cinta dan menjalin kasih

Bila saja Cinta bisa di rajut…

maka siapa yang merajutnya adalah mereka yang mengenal cinta dengan baik,

setiap benang-benang cinta yang dirajut akan menghubungkan satu dengan lainnya menjadi suatu bentuk cinta yang indah,

cinta yang terbentang luas dan meliputi siapapun tanpa kecuali…

Tidak perlu jarum-jarum kebencian untuk merajut cinta…

bukan juga jarum-jarum permusuhan yang dapat merajut cinta…

Apalagi jarum-jarum nafsu yang hanya akan merusak rajutan cinta itu sendiri.

Siapa yang dapat merajut cinta dengan tulus ia sungguh mengerti arti cinta yang sesungguhnya…

bila ia merajut cinta hanya untuk seseorang maka jaring-jaring cinta hanya akan membungkus dirinya sendiri, tetapi bila ia merajut hubungan antara benang-benang cinta dengan sesamanya…

jaring-jaring cintanya akan melebihi keindahan jaring-jaring persahabatan….

Kasih adalah ketulusan dalam memberi….

Kasih itu indah…

Kasih itu Tidak sekedar meliputi ruang dan batas,

Kasih itu dapat dirasakan tidak dapat dilihat…

karena hanya terlihat dari ekspersi raut wajah orang yang memilikinya…

Bagaimana menjalin kasih?

Dengan apa kau menjalinnya?

Cukup dengan kepercayaan diri, dengan tekad dan dengan usaha…

menjalin hubungan dengan sesama di mulai dari dalam diri yang dipenuhi kasih

barulah kau mampu untuk mengasihi sesama dengan terjalinnya hubungan antar manusia

yang penuh dengan kasih sayang.

Terjalinnya kasih memberikan harapan bagi dunia untuk memiliki kedamaian.

Memiliki satu kesadaran tentang kebersamaan hidup.

Memberikan satu pelajaran berharga tentang arti kasih tanpa pamrih…

kasih sayang ibu anak.. Kasih sayang Orang tua, Kasih sayang Guru dengan muridnya,

kasih sayang atasan dan bawahan, serta kasih sayang antara sesamamu!!!!

Somoga Jalinan Kasih akan menebar kepelosok hatimu dan memancar keseluruh jiwa manusia…….

Salam mudita,

Mudita Center


credit by suhu

Rabu, 17 Desember 2008

polisi tersebut teman sma ku

saya dapet cerita ini dari forward temen di email. jadi saya taro sini aja biar bisa di share...

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jono segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bobi, teman mainnya semasa SMA dulu.
Hati Jono agak lega.
Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jon.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru.
Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?”
Tampaknya Bobi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.

“Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jono harus ganti strategi.

“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.”

Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jon. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu.”

Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya. Jono mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

“Halo Jono, Tahukah kamu Jon, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini.. Maafkan aku Jon. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah.. (Salam, Bobi)”.

Jono terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi. Namun, Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan… ….

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

blog??????

hmmm......mungkin mulai hari ini gw mo ikut2an nge blog...
apakah nge blog itu enak?
gw sendiri blom tau enaknya nge blog.
jadi kita coba aja deh...
beuh, kaya mo ngapain aja